Bineka.co.id, Jakarta – Peran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam memperkuat ketahanan sistem keuangan global menjadi sorotan utama dalam The 3rd OJK International Research Forum 2025 yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Yogyakarta. Forum internasional bertema “Advancing Financial Resilience in a Disrupted Global Landscape” ini menjadi ajang kolaborasi lintas sektor, dan pada Selasa (7/10/2025) telah memasuki hari kedua pelaksanaannya.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, menyampaikan bahwa adopsi AI kini menjadi bagian integral dari operasi sektor keuangan di seluruh dunia. Berdasarkan data, penggunaan AI di sektor keuangan global pada 2024 meningkat 58 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Pertanyaannya bukan lagi apakah kita akan mengadopsi AI, tetapi bagaimana kita mengelolanya,” ujar Mirza Adityaswara.
Ia mencontohkan, kapitalisasi pasar perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, NVIDIA, yang telah mencapai 4 triliun dolar AS — jauh di atas Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang berkisar 1,2–1,5 triliun dolar AS. “Ini menunjukkan besarnya peran teknologi AI dalam menggerakkan pasar,” imbuhnya.
Mirza menekankan pentingnya tata kelola yang transparan dan akuntabel agar pemanfaatan AI benar-benar memperkuat ketahanan sistem keuangan, bukan justru menciptakan potensi kerentanan baru. Ia mengutip laporan Future Jobs Report dari World Economic Forum yang menyebutkan 86 persen responden memperkirakan AI dan teknologi informasi akan menjadi pendorong utama transformasi bisnis dalam lima tahun ke depan.
Permintaan terhadap tenaga profesional di bidang big data, fintech engineer, serta AI dan machine learning specialist juga diperkirakan meningkat hingga 80 persen. Oleh karena itu, strategi peningkatan kapasitas dan penyelarasan keterampilan tenaga kerja menjadi prioritas utama.
“Dengan membangun ekosistem talenta yang adaptif, kita dapat memastikan transisi yang adil dan menciptakan tenaga kerja baru yang relevan dan kompetitif,” ujar Mirza.
Sebagai langkah konkret, OJK telah mengembangkan sistem OJK Substate Integrated Data Analytics (OSIDA), sebuah platform analitik terpadu yang mengintegrasikan data pengawasan. Melalui teknologi AI, sistem ini mampu mendeteksi anomali, memprediksi risiko, dan memberikan peringatan dini kepada pengawas, sekaligus memperkuat pergeseran dari pengawasan berbasis kepatuhan menuju pengawasan berbasis risiko.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, Muliaman D. Hadad, menilai AI sebagai katalisator yang dapat menjembatani sistem desentralisasi agar berfungsi lebih efisien dan adaptif terhadap perubahan global.
“AI tidak membuat keputusan secara terpusat, tetapi memberdayakan jaringan untuk mengambil keputusan yang lebih baik, cepat, dan adil secara mandiri,” ujarnya.
Menurut Muliaman, kemampuan utama AI terletak pada kemampuannya menangani kompleksitas yang kerap menghambat efisiensi dalam sistem desentralisasi. Dengan peran tersebut, AI berfungsi sebagai lapisan cerdas yang memungkinkan sistem berkembang secara efisien dan berbasis data tanpa bergantung pada satu pusat pengendali.

Tinggalkan Balasan