Bineka.co.id, Washington DC – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan rencananya untuk berkunjung ke Tiongkok setelah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam sebuah komunikasi yang disebutnya berlangsung “sangat baik.”
Dalam pembicaraan tersebut, Trump juga menyampaikan undangan resmi kepada Xi untuk berkunjung ke Gedung Putih. Namun, hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak mengenai kepastian kunjungan balasan tersebut, sebagaimana dilansir CNN, Jumat (6/6/2025).
Percakapan telepon yang terjadi pada Kamis itu merupakan kontak pertama antara kedua pemimpin sejak meningkatnya ketegangan dagang pada Februari lalu. Media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa panggilan tersebut berlangsung atas inisiatif dari pihak Gedung Putih.
Melalui unggahan di media sosial, Trump menyebut bahwa pembicaraan yang berlangsung selama 90 menit tersebut fokus pada isu perdagangan dan membuahkan hasil yang “sangat positif” bagi kedua negara. Ia juga mengonfirmasi bahwa dirinya bersama Ibu Negara berencana mengunjungi Tiongkok, dan telah menyampaikan undangan kepada Xi untuk hadir di Washington.
Namun, dalam pernyataan resmi yang dirilis kantor berita Xinhua, hanya disebutkan bahwa Xi mengundang Trump ke Beijing—tanpa menyebut adanya balasan undangan ke Gedung Putih. Xi juga menyampaikan harapan agar Amerika Serikat mencabut sejumlah kebijakan yang dinilai merugikan Tiongkok serta menegaskan pentingnya komitmen terhadap kesepakatan dagang yang disepakati sebelumnya di Jenewa.
Hubungan dagang antara kedua negara sempat memanas, menyusul kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan secara timbal balik. Trump menaikkan tarif impor atas berbagai produk asal Tiongkok, yang dibalas oleh Beijing dengan langkah serupa, hingga mencapai 145% pada puncaknya.
Pada Mei lalu, kedua negara mencapai kesepakatan sementara untuk meredakan ketegangan, dengan AS menurunkan tarif menjadi 30% dan Tiongkok memangkas tarif terhadap produk AS hingga 10%. Tiongkok juga berjanji melonggarkan hambatan ekspor sejumlah mineral strategis. Kesepakatan ini memberikan batas waktu 90 hari untuk menyusun perjanjian permanen.
Namun, proses negosiasi kembali menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan. Washington menuding Beijing menahan ekspor tanah jarang dan bahan baku penting lainnya, sementara Tiongkok menuduh AS melanggar kesepakatan dengan memberlakukan pembatasan baru terhadap ekspor chip komputer.
Trump juga mengumumkan kebijakan baru yang memperketat ekspor perangkat lunak desain semikonduktor serta merencanakan pencabutan visa bagi pelajar Tiongkok. Meski demikian, Trump menekankan bahwa pelajar dari Tiongkok tetap disambut, namun akan melalui proses pemeriksaan yang lebih ketat.
Isu Taiwan turut menjadi topik yang dibahas. Presiden Xi mendesak AS agar bersikap “hati-hati” dalam menangani persoalan tersebut demi mencegah konflik. Peringatan itu datang tak lama setelah Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyebut Tiongkok sebagai ancaman nyata terhadap kedaulatan Taiwan.
Tinggalkan Balasan