Bineka.co.id, Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatatkan kinerja positif dalam layanan angkutan barang sepanjang Januari hingga Juni 2025. Volume angkutan mencapai 33,31 juta ton, meningkat 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 32,86 juta ton. Capaian ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap moda kereta api sebagai solusi logistik nasional yang efisien dan dapat diandalkan.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menyampaikan bahwa pertumbuhan ini menjadi indikator kesiapan KAI dalam menyongsong implementasi penuh kebijakan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) pada 2026 mendatang.
“Kami terus memperkuat peran sebagai penyedia logistik publik yang dapat diandalkan, terutama untuk distribusi energi, pangan, dan kebutuhan ritel secara aman dan berkelanjutan,” ujar Anne.
Komoditas batu bara masih mendominasi angkutan barang KAI dengan volume mencapai 27,62 juta ton, atau 82,92% dari total volume semester I 2025. Angka ini naik 5% dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar 26,21 juta ton. Batu bara yang diangkut utamanya disalurkan ke pembangkit listrik di wilayah Jawa dan Bali, berperan penting dalam menjaga ketersediaan energi untuk rumah tangga, fasilitas publik, dan pelaku UMKM.
“Distribusi energi tidak hanya soal logistik, tapi juga tentang keberlanjutan kehidupan. Batu bara yang kami angkut hari ini berarti listrik untuk mesin-mesin produksi UMKM dan penerangan bagi jutaan rumah,” tambah Anne.
Selain batu bara, pertumbuhan signifikan juga dicatatkan pada layanan angkutan retail dan pupuk. Komoditas retail seperti Barang Hantaran Paket (BHP) dan parcel naik sebesar 16%, dari 101.617 ton menjadi 118.077 ton. Sementara angkutan pupuk meningkat sebesar 21%, dari 10.890 ton menjadi 13.230 ton, seiring meningkatnya distribusi ke sentra-sentra pertanian dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.
Kereta api dinilai memiliki keunggulan kompetitif dalam logistik, terutama dalam hal kapasitas dan ketepatan waktu. Di Pulau Jawa, satu rangkaian KA barang mampu menarik hingga 30 gerbong datar, masing-masing berkapasitas 42 ton. Di Sumatera Selatan, efisiensi lebih tinggi dengan 61 gerbong dalam satu rangkaian KA batu bara.
Operasional kereta api yang berjalan di jalur rel khusus menjadikan waktu tempuh lebih pasti dan minim hambatan, berbeda dengan moda angkutan jalan raya yang masih rentan kemacetan dan gangguan eksternal lainnya. Kualitas layanan juga ditopang oleh tenaga kerja bersertifikasi dari Kementerian Perhubungan serta inspeksi berkala terhadap sarana dan prasarana.
Dalam rencana jangka panjang, KAI menargetkan pertumbuhan angkutan barang sebesar 15% pada 2029. Komoditas batu bara diproyeksikan mencapai 111,2 juta ton, dan komoditas non-batu bara sebesar 10,9 juta ton. Realisasi target ini akan ditopang oleh pembangunan dan ekspansi simpul logistik utama di Sumatera Selatan, termasuk Terminal Tarahan II yang diperkirakan mampu menyerap 18 juta ton batu bara serta pengembangan fasilitas Kertapati dengan potensi tambahan volume hingga 7 juta ton.
Secara keseluruhan, kawasan Sumatera Selatan diperkirakan akan menyumbang 27,8 juta ton tambahan volume, menjadikannya wilayah kunci dalam peta logistik masa depan KAI.
“Proyeksi ini menunjukkan komitmen kami untuk terus berinvestasi dan tumbuh bersama industri logistik nasional. Kereta api bukan hanya sarana angkut, tapi penggerak kemajuan,” tutup Anne.
Tinggalkan Balasan