Bineka.co.id, Makassar – Universitas Hasanuddin resmi menjalin kerja sama strategis dengan Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang pengembangan sumber daya manusia, pendidikan, riset, dan teknologi perkarantinaan. Penandatanganan dilakukan oleh Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, dan Kepala Barantin, Dr. Sahat Manaor Panggabean, di Arsjad Lecturer Hall, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Senin (23/6), mulai pukul 10.30 Wita.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Dian S.R. Kusumastuti, dalam laporannya menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan menyelaraskan sikap dan langkah antara Unhas dan Barantin dalam menjaga ketahanan serta kesehatan sumber daya hayati nasional.
“MoU ini merupakan wujud dari kesamaan visi dan misi antara Barantin dan Unhas. Kerja sama ini telah melalui proses pembahasan yang matang, dan menjadi landasan bagi implementasi program-program konkret yang mendukung pengembangan kapasitas nasional di bidang karantina,” ujar Dian.
Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi ini. Ia menekankan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan lembaga pemerintah untuk menciptakan dampak nyata bagi masyarakat dan bangsa.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dan biosekuriti. Melalui kemitraan ini, kita berharap bisa menghasilkan inovasi dan kebijakan berbasis sains yang mendukung kerja-kerja strategis Badan Karantina Indonesia,” jelas Prof JJ.
Kepala Barantin, Dr. Sahat Manaor Panggabean, dalam sambutannya menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya memperkuat posisi Indonesia dalam sistem perkarantinaan global, khususnya dalam pengelolaan komoditas ikan, tumbuhan, dan produk strategis lainnya.
“Kita ingin Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara-negara lain dalam pengelolaan dan pengawasan komoditas strategis tersebut. Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan institusi pendidikan tinggi,” jelas Sahat.
Ia juga menyoroti pentingnya perguruan tinggi sebagai kekuatan utama dalam riset dan inovasi untuk menopang kebijakan strategis.
“Seringkali Indonesia merasa kurang percaya diri ketika dibandingkan dengan negara lain. Padahal, Indonesia memiliki potensi dan sumber daya yang besar. Salah satu kekuatan utama untuk mendorong peningkatan sektor tersebut adalah perguruan tinggi yang memiliki kapasitas keilmuan, riset, dan inovasi,” ujar Sahat.
Lebih jauh, Sahat menekankan perlunya keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun kebijakan dan mendorong kemajuan di sektor karantina.
“Saya meyakini bahwa dengan dukungan dari perguruan tinggi seperti Unhas, Indonesia akan semakin tangguh dalam menghadapi tantangan global. Kolaborasi ini akan memperkuat sistem karantina nasional serta meningkatkan daya saing produk-produk kita di pasar internasional. Ini bukan hanya soal kerja sama kelembagaan, tetapi juga bentuk investasi masa depan untuk kemandirian dan ketahanan bangsa,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut dari MoU ini, dilakukan pula penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Barantin dengan empat fakultas di Unhas yang relevan, yakni Fakultas Kedokteran (program studi Kedokteran Hewan), Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), serta Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Kolaborasi ini diharapkan mendorong riset aplikatif dan peningkatan kapasitas SDM yang sesuai dengan tantangan perkarantinaan masa depan.
Tinggalkan Balasan