Bineka.co.id, Makassar – Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan pria masih lebih tinggi dibandingkan perempuan. Indeks literasi keuangan laki-laki tercatat 67,32 persen, sementara perempuan berada di angka 65,58 persen.
Ekonom Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sutardjo Tui menilai kesenjangan ini masih dipengaruhi pandangan sosial yang menempatkan perempuan sebatas mengurus rumah tangga.
“Masih banyak laki-laki yang menjadi kepala rumah tangga sedangkan perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga, laki laki yang mencari uang,” ujarnya saat dihubungi, Jumat 15 Agustus 2025.
Menurutnya, konstruksi sosial yang menempatkan pria sebagai pencari nafkah sudah mengakar. Ia menyebut masih ada rasa malu jika dalam keluarga peran pencari nafkah bukan dipegang oleh ayah.
Namun Sutardjo melihat jarak literasi keuangan yang hanya terpaut sekitar 3 persen ini berpotensi mengecil. Ia optimistis tahun depan, perempuan mampu mengejar bahkan melampaui pria.
“Kan beda sedikit cuma 67 dan 65 persen. Sedikit sedikit akan berubah, bahkan tahun depan (bisa) berubah karena perempuan sudah makin bisa mencari uang,” jelas mantan bankir senior itu.
Ia juga menekankan, semakin banyak perempuan yang kini menduduki posisi penting, mulai dari kepala daerah hingga menteri. Faktor historis seperti peran Kartini juga disebut menjadi pendorong emansipasi.
“Dia akan berputar, perempuan akan lebih banyak nanti, mulai dari Menteri Keuangan, kemudian gubernur wakil gubernur bahkan di Jawa kan banyak bupati perempuan, lama kelamaan akan berubah,” tambah dosen FEBI Unismuh tersebut.
Sementara itu, OJK terus mengintensifkan program literasi keuangan. Data OJK Sulselbar mencatat sejak Januari hingga Juli 2025, sebanyak 1.289 kegiatan edukasi keuangan telah digelar dengan menjangkau 877.231 peserta, mulai dari pelajar, mahasiswa, pelaku UMKM, tenaga kerja, hingga kelompok perempuan.
Kepala OJK Sulselbar, Muh. Muchlasin menegaskan kegiatan literasi dilakukan dalam bentuk sosialisasi, workshop, dan berbagai program edukasi lainnya.
Kepala Direktorat Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Sulselbar, Budi Susetiyo, menambahkan bahwa perempuan menjadi salah satu prioritas sasaran literasi keuangan.
“Salah satu strategi literasinya seperti itu, menargetkan kaum perempuan juga. Ada tiga, yakni daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), ibu-ibu, dan difabel itu sudah menjadi strategi dari (OJK RI di) Jakarta seperti itu,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, OJK Sulselbar bahkan pernah menggelar sosialisasi khusus bagi ibu-ibu PKK di sejumlah daerah.
Survei SNLIK 2025 sendiri dilakukan OJK bersama BPS di 34 provinsi, mencakup 120 kabupaten/kota dengan melibatkan 10.800 responden berusia 15–79 tahun. Survei ini menggunakan parameter literasi keuangan seperti pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap, dan perilaku masyarakat.
Tinggalkan Balasan