Bineka.co.id, Jakarta – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bersama industri perbankan sepakat mempererat kolaborasi dalam pengembangan instrumen keuangan domestik. Upaya ini ditujukan untuk menciptakan pasar keuangan yang efisien, transparan, sekaligus menjadi pilar pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Induk Derivatif Antarbank dan peluncuran Matchmaking Overnight Index Swap (OIS) di Jakarta. Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menegaskan bahwa BI terus mendorong pendalaman pasar keuangan melalui peningkatan volume transaksi dan pembentukan harga yang lebih kredibel.
“Di pasar uang, fokus diarahkan pada transaksi repo dan Overnight Index Swap (OIS) yang mengacu pada suku bunga acuan Indonia. Sementara di pasar valuta asing, penguatan dilakukan melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan FX Swap dengan referensi kurs JISDOR serta kurs acuan non-USD/IDR,” jelas Destry dalam keterangan tertulis, Senin (29/9/2025).
Ia menambahkan, fitur matchmaking pada OIS dirancang untuk memperlancar pencocokan transaksi antarbank sehingga mekanisme harga terbentuk lebih efisien. Ketersediaan suku bunga acuan berbasis Indonia juga diharapkan memperkuat instrumen forward looking seperti OIS. BI mencatat perkembangan signifikan pada transaksi valas, di mana rata-rata harian DNDF mencapai USD 212 juta per Agustus 2025, atau sepuluh kali lipat dari saat pertama kali diterapkan pada 2018.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai penggunaan Indonia sebagai acuan OIS merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kredibilitas, transparansi, dan efektivitas suku bunga rupiah, sejalan dengan reformasi global. “Dengan sinergi seluruh pemangku kepentingan, kita optimistis pasar keuangan Indonesia semakin kompetitif dan berdaya saing global,” ujarnya.
Dukungan industri perbankan tercermin dari penandatanganan 105 kontrak perjanjian induk derivatif baru serta 23 komitmen kontrak margin oleh 56 bank. Meski demikian, Destry menegaskan agar komitmen itu tak berhenti di atas kertas, melainkan diwujudkan melalui peningkatan transaksi nyata di pasar.
Kolaborasi lintas otoritas dan pelaku pasar ini diharapkan mampu memperdalam, melikuidkan, serta memperkuat daya tahan pasar uang dan valas domestik, sehingga pasar keuangan Indonesia dapat menjadi fondasi penting bagi pembiayaan pembangunan berkelanjutan.
Tinggalkan Balasan