Bineka.co.id, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) nasional tetap terjaga meskipun dihadapkan pada dinamika global yang penuh ketidakpastian. Penilaian ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK yang digelar pada 25 Juni 2025.
Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, M. Ismail Riyadi menyampaikan pihaknya mencermati bahwa perekonomian global masih dibayangi oleh pelemahan aktivitas ekonomi dan ketegangan geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah. Lembaga internasional seperti Bank Dunia dan OECD dalam laporan terbarunya menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2025 dan 2026. Sentimen negatif ini dipicu oleh ketidakpastian geopolitik yang terus berlanjut dan menghambat laju pemulihan ekonomi.
Sementara itu, tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok mulai mereda setelah kedua negara menyepakati kerangka kerja sama dagang. Namun, ketegangan geopolitik meningkat tajam akibat konflik terbuka antara Israel dan Iran, termasuk serangan militer Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir utama Iran. Meski sempat memicu volatilitas di pasar keuangan global dan lonjakan harga minyak, kondisi mulai stabil pasca tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran.
Dalam kondisi global yang penuh tantangan tersebut, Ismail menegaskan indikator ekonomi utama menunjukkan tren perlambatan, dan sebagian besar berada di bawah ekspektasi. Hal ini memicu sikap lebih akomodatif dari berbagai otoritas fiskal dan moneter di sejumlah negara. Di Amerika Serikat, walaupun proyeksi pertumbuhan direvisi turun, Federal Reserve (The Fed) tetap mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25–4,50 persen, menunggu perkembangan lanjutan terkait kebijakan tarif dan dampaknya terhadap inflasi.
Berbeda dengan kondisi global, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Tekanan inflasi terus mereda, dengan inflasi inti pada Mei 2025 tercatat turun menjadi 2,37 persen secara tahunan (year-on-year).
“Dari sisi eksternal, neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus yang cukup besar setelah sempat mengalami tekanan pada bulan sebelumnya,” jelasnya.
Perbaikan ini ditopang oleh pertumbuhan ekspor yang solid, khususnya dari sektor pertanian dan manufaktur dalam tiga bulan terakhir. Tren tersebut mampu mengimbangi penurunan ekspor di sektor pertambangan dan sejumlah komoditas lainnya.
Secara keseluruhan, OJK menilai bahwa sektor jasa keuangan tetap berada dalam kondisi yang sehat dan resilien, meski tekanan dari luar negeri terus menjadi perhatian utama dalam pengelolaan stabilitas sistem keuangan nasional.
Tinggalkan Balasan