Bineka.co.id, Makassar – Universitas Hasanuddin resmi memperkenalkan maskot dan logo untuk ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-38. Namun, peluncuran ini tak sekadar seremoni visual — di balik desain yang atraktif, terkandung narasi identitas, semangat kolektif, dan arah perjuangan Unhas dalam dunia keilmuan mahasiswa.

Maskot PIMNAS tahun ini diberi nama “To Panrita”, yang secara harfiah berarti “si cerdik pandai” dalam budaya Bugis-Makassar. Sosok ayam jantan yang gagah dipilih sebagai representasi karakter tangguh, pantang menyerah, dan senantiasa siaga — mencerminkan kesiapan mahasiswa Unhas dalam menghadapi persaingan akademik di tingkat nasional.

Logo yang diluncurkan tidak kalah sarat makna. Setiap elemen dipilih bukan sekadar estetika, tapi penuh nilai filosofis:

  1. Monumen Mandala – simbol perjuangan nasional, menjadi refleksi semangat mahasiswa dalam membebaskan bangsa lewat ilmu pengetahuan.
  2. Rumah Tongkonan – mewakili kolaborasi dan kekeluargaan, menegaskan bahwa PIMNAS bukan ajang saling menjatuhkan, melainkan ruang bertumbuh bersama.
  3. Pensil bertuliskan Lagaligo – simbol kreativitas yang berakar pada kearifan lokal. Epos La Galigo menunjukkan bahwa inspirasi besar bisa lahir dari tradisi.
  4. Kapal Phinisi – gambaran mahasiswa sebagai nahkoda perubahan, menavigasi inovasi menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia.
  5. Passapu – topi khas Makassar yang mencerminkan kearifan dan kesiapan mental dalam menyusun ide-ide berdampak.
  6. Geopark Maros Pangkep – pengingat akan nilai-nilai peradaban sejak masa prasejarah, sebagai titik tolak menjelajah masa depan.
  7. Jabat tangan – lambang sinergi lintas disiplin dan latar belakang, karena Indonesia dibangun dari kolaborasi, bukan kompetisi semata.
  8. Lippa Sabbe – motif sarung sutra Bugis yang rumit, mewakili proses panjang, penuh detail, dan kesabaran dalam menenun karya ilmiah.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof. Muhammad Ruslin, menyebut peluncuran ini sebagai simbol awal dari semangat besar yang dibawa Unhas sebagai tuan rumah. Ia juga menegaskan bahwa Unhas tidak menerapkan kebijakan efisiensi terhadap kegiatan kemahasiswaan, melainkan justru mengoptimalkan seluruh daya dukung bagi mahasiswa.

“Tahun ini kita bukan hanya jadi tuan rumah, tetapi juga universitas dengan jumlah proposal PKM terbanyak dan pendanaan nasional terbesar. Ini bukan kebetulan, tapi hasil kerja keras kolektif,” ujar Prof. Ruslin yang juga menjabat Ketua Pelaksana PIMNAS ke-38.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. I Ketut Adnyana dari Kemendikbudristek menegaskan pentingnya riset dan inovasi dalam pembangunan bangsa. Ia mengapresiasi kesiapan Unhas dan menyebut PIMNAS sebagai panggung strategis bagi ide-ide segar yang mampu berkontribusi bagi masa depan Indonesia.

“Dari PIMNAS ini, kita bisa harapkan lahirnya gagasan-gagasan yang out of the box. Mahasiswa adalah ujung tombak menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

PIMNAS ke-38 di Unhas bukan hanya soal siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lewat maskot dan logo yang penuh makna, ajang ini diharapkan menjadi panggung pembuktian bahwa ilmu pengetahuan, ketika dibungkus dengan kearifan lokal dan semangat kolaborasi, bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun masa depan bersama.