Bineka.co.id, Makassar – Kementerian Perhubungan tengah menyiapkan langkah strategis untuk memperluas jangkauan transportasi publik yang terintegrasi di Indonesia. Rencana ini mencakup pengembangan sistem transportasi di 10 wilayah metropolitan, 9 daerah tertinggal, terpencil, terdepan, dan perbatasan (3TP), serta 5 Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) selama periode 2025–2029.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda, Risal Wasal, dalam kegiatan Ngobrolin Transportasi Bareng Komunitas (Lintas) bertema Transportasi Publik Terintegrasi, Kita Makin Terkoneksi, yang digelar di Terminal Tipe A Tirtonadi Solo, Sabtu (19/7).

Menurut Risal, masukan dari komunitas transportasi menjadi bagian penting dalam menyusun kebijakan berbasis data yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kami harus bicara dengan data. Kami harus memastikan transportasi berjalan baik dan benar dengan integrasi yang seamless. Hari ini kami dapat banyak data terkait ke depan kami harus berbuat apa, termasuk dari para difabel,” ujarnya.

Kegiatan Lintas tersebut menghadirkan sejumlah komunitas, antara lain Forum Diskusi Transportasi Solo, Bike2Work Solo, SSC Solo, Java Train, Indonesian Railway Preservation Society Yogyakarta, Transportologi, Bismania Community, PPRBM Solo, SHG Solo, Gekatin Solo, dan Jejak Kota.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Ernita Titis Dewi, menyatakan kegiatan temu komunitas seperti ini merupakan platform penting untuk memperkuat keterhubungan antara pemerintah dan masyarakat.

“Kegiatan temu komunitas merupakan momen penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat, dalam mewujudkan sistem transportasi publik yang semakin terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan,” kata Ernita.

Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai Solo telah menjadi model dalam penerapan integrasi transportasi publik. Menurutnya, kota ini berhasil memadukan sejumlah simpul transportasi seperti Terminal Tirtonadi, Stasiun Solo Balapan, dua koridor Trans Jateng, Batik Solo Trans, hingga layanan angkutan feeder.

“Solo ini sudah demikian lengkapnya. Dua koridor Trans Jateng, Batik Solo Trans, dan feeder. Secara integrasi fisik, untuk Solo dan sekitarnya sudah menjadi percontohan untuk di daerah,” ujar Djoko.

Selain penyediaan layanan, Solo juga telah melakukan pembenahan infrastruktur pendukung seperti halte, terminal, jalur pedestrian, jalur sepeda, dan sistem transportasi cerdas (intelligent transport system).

Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain Sekretaris Ditjen Integrasi Transportasi dan Multimoda Dedy Cahyadi, Kepala Kantor Terminal Tirtonadi Joko Umboro Jati, serta Kepala UPT Transportasi Dinas Perhubungan Surakarta Agus Purnomo.