Bineka.co.id, Makassar – Tren mobil hybrid di Indonesia terus menguat. Berbekal dua sumber tenaga, yaitu bensin dan listrik, mobil ini kian digemari sebeb terbukti lebih hemat, ramah lingkungan, plus hadir dengan harga terjangkau.
Di pasar Sulawesi sendiri, Kalla Toyota sukses jadi jawara. Pada semester pertama 2025, Kalla Toyota mencatat penjualan 666 unit mobil hybrid, naik 42 persen dibanding periode sama tahun lalu (469 unit). Raihan ini membuat Toyota menguasai 76,4% market share mobil hybrid hingga Juni 2025 di wilayah Sulsel, Sulbar, Sulteng, dan Sultra. Penjualan ini meliputi wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sulawesi Tenggara (Sultra).

Respons Positif Pasar Sulawesi: Efisiensi dan Ramah Lingkungan
General Manager Marketing Kalla Toyota, Suliadin menyampaikan bahwa persentase market share yang tinggi ini menjadi bukti penerimaan masyarakat Sulawesi akan mobil hybrid positif. Masyarakat kata Suliadin juga sudah lebih memikirkan persoalan efisiensi bahan bakar dan kontribusi ramah lingkungan ketimbang hanya kenyamanan dan performa.
“Kami sadar betul dengan kebutuhan masyarakat akan mobilitas yang efisien dan berkelanjutan,” tegasnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, dalam hal menguasai pasar hybrid, Toyota menawarkan berbagai pilihan, mulai dari Innova Zenix Hybrid, Yaris Cross Hybrid, Corolla Cross Hybrid, Camry Hybrid, Alphard Hybrid, hingga Vellfire Hybrid, dengan rentang harga Rp400 jutaan sampai lebih dari Rp1 miliar.
Suliadin menuturkan ada dua teknologi unggulan Toyota hybrid. Yakni Toyota Hybrid System atau (THS) dan regenerative braking. THS memungkinkan mobil menyesuaikan penggunaan tenaga bensin dan listrik sesuai kondisi berkendara seperti dalam kemacetan. Sedangkan regenerative braking membuat mobil otomatis mengisi ulang baterainya saat pengendara mengerem.
“Pelanggan juga tidak perlu khawatir akan biaya perawatan yang mahal, karena teknologi hybrid Toyota dirancang untuk minim perawatan dan memiliki garansi komponen hybrid yang komprehensif,” tutupnya.
Ekonom: Lebih Efisien & Harga Masuk Akal
Lantas bagaimana pandangan pakar akan market share dan pergeseran pengguna mobil menjadi hybrid. Ekonom dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Hamid Paddu menyampaikan bahwa selama dua tahun belakangan ini pergeseran pangsa pasar sudah mulai terlihat ke arah hybrid. Kata Prof Hamid sapaan karibnya, masyarakat cenderung lebih memilih hybrid karena harganya yang relatif murah ketimbang mobil listrik dan efisiensi bahan bakar yang dihasilkan lebih dari 25 persen.
“Masyarakat sudah tau kalau harga BBM dari hari ke hari tidak mungkin bisa turun,” ujarnya ketika dihubungi Bineka.co.id, Senin 18 Agustus 2025.

Kemudian, mengapa memilih pabrikan Jepang seperti Toyota? hal ini karena masyarakat Indonesia termasuk di Sulawesi sudah familiar dan percaya dengan mobil Toyota.
“Masyarakat punya kebiasaan dan loyalitas terhadap barang yang dia percaya maka dia masih berpegang kepada merek pertama yang sudah lama,” tutur Profesor bidang Ilmu Keuangan Publik itu.
Prof Hamid juga menilai harga mobil Toyota hybrid cocok dengan karakter dan pendapatan masyarakat di kategori menengah ke bawah. Ditambah lagi, depresiasi mobil Toyota yang cenderung stabil.
“Karena pasarnya Indonesia lebih dominan mobil Jepang, artinya mobil yang second yang dijual maka tentu demand-nya peminatannya lebih tinggi, harganya masih oke,” tutupnya.
Perspektif Lingkungan: Kurangi Emisi, Lebih Praktis
Selain faktor ekonomi, faktor lingkungan juga menjadi musabab mengapa warga Sulawesi beralih ke mobil hybrid. Pengamat Lingkungan dari Unhas yang juga Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Unhas, Prof Anwar Daud menerangkan hal ini. Kepedulian dan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan semakin meningkat.
“Kalau dari segi hybrid nya, karena menggunakan baterai maka itu memang mengurangi pencemaran, terutama di kota-kota,” pintanya saat dihubungi Bineka.co.id.

Prof Anwar yang juga Guru Besar bidang Analisis Kualitas Lingkungan itu menilai mobil hybrid bisa memberikan dampak signifikan dalam penurunan emisi dan konsentrasi dari gas-gas pencemar yang dihasilkan oleh pembakar bahan bakar fosil.
Mobil hybrid juga cenderung lebih aman kata Prof Anwar bagi mereka yang ingin bepergian jauh ketimbang mobil listrik. Sebab, stasiun pengisian kendaraan mobil listrik masih terbatas apalagi di daerah terpencil. Opsi untuk tetap bisa menggunakan BBM jadi sangat penting di situasi tertentu.
Namun, Prof Anwar memberi catatan, pada mobil hybrid perlu perhatian khusus pada pengelolaan limbah baterai agar tidak jadi masalah baru di masa depan.
“Kalau terlalu banyak mobil hybrid maka bermasalah kepada limbah baterai, karena susah diolah, tapi untuk listrik tentu memberi dampak yang sifgnifikan dalam penurunan emisi dan konsentrasi dari gas-gas pencemar yang biasanya dihasilkan oleh pembakaran (bahan bakar) fosil,” terangnya.
Tinggalkan Balasan