Bineka.co.id, Jakarta – Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) menyatakan penolakannya terhadap pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut bahwa tragedi pemerkosaan massal pada Mei 1998 hanyalah sebatas rumor.
“Mengutip pernyataan Bu Sri Palupi selaku anggota Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 98, selama ini kelompok Tionghoa dilanda ketakutan, trauma dan ketidaktahuan terkait tragedi yang banyak menimpa korban dari komunitas Tionghoa,” ujar perwakilan IPTI sebagaimana dikutip KBA News melalui akun Instagram @iptibanten, Rabu, 25 Juni 2025.
IPTI yang terdiri dari pengurus pusat dan wilayah — yakni DPP IPTI, DPW IPTI Banten, dan DPW IPTI Sumatra Utara — juga turut serta dalam Aksi Kamisan di depan Istana Presiden, Jakarta, pada pekan lalu. Dalam aksi tersebut, IPTI menyampaikan suara-suara yang selama ini terpendam dari masyarakat Tionghoa, sekaligus menegaskan bahwa isu pengaburan sejarah ini merupakan masalah yang menyangkut keadilan kemanusiaan secara lebih luas.
“Ini juga menyangkut melawan impunitas dalam tragedi kemanusiaan, yang seharusnya disuarakan oleh seluruh lapisan masyarakat yang peduli akan masa depan bangsa Indonesia yang kita cintai,” lanjut pernyataan IPTI.
Fadli Zon sebelumnya menuai kritik luas usai menyatakan keraguannya terhadap keberadaan kasus pemerkosaan massal dalam tragedi Mei 1998. Ia mempertanyakan keberadaan bukti yang mendukung klaim tersebut.
“Betul enggak ada perkosaan massal? Kata siapa itu? Itu enggak pernah ada buktinya. Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan. Ada enggak di dalam buku sejarah itu? Enggak pernah ada,” ucap Fadli Zon dalam sebuah program podcast.
Namun, dalam klarifikasi berikutnya, politisi yang kini menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto itu menyebut bahwa pernyataannya merupakan opini pribadi yang tidak berkaitan langsung dengan narasi sejarah nasional.
“Itu pendapat saya pribadi, ini enggak ada urusannya dengan sejarah, dan boleh kan dalam demokrasi itu berbeda pendapat. Kalau ada yang mempunyai bukti-bukti ini loh namanya massal, silakan,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan