Makassar, Bineka.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, Dinas Perpustakaan Kota Makassar menggelar Festival Jendela Dunia Literasi di Fort Rotterdam pada 2–4 Mei 2025. Festival ini menghadirkan beragam kegiatan menarik untuk menumbuhkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak, dengan mengusung tema “Learning to be Success, Literacy to be a Good People”.

Salah satu momen paling dinanti dalam festival ini adalah sesi Read Aloud yang diisi oleh Bunda Literasi Kota Makassar, Melinda Aksa, yang juga merupakan Ketua TP PKK setempat. Dengan penuh ekspresi dan semangat, Melinda membacakan dongeng Zen Tails: Naik dan Turun karya Peter Whitfield, sebuah kisah penuh nilai kehidupan, kebijaksanaan, dan empati.

Puluhan siswa SD yang hadir tampak antusias, larut dalam cerita, dan aktif merespons dengan tawa serta pertanyaan-pertanyaan cerdas. Suasana hangat dan interaktif ini menunjukkan betapa kegiatan membaca bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak.

“Literasi adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang anak. Melalui membaca, mereka tidak hanya belajar memahami dunia, tetapi juga mengembangkan imajinasi, empati, dan kecerdasan emosional,” ujar Melinda.

Melinda menekankan bahwa orang tua memegang peran kunci dalam membangun kebiasaan membaca sejak dini. Membacakan dongeng bukan sekadar hiburan, tapi juga momen berharga untuk memperkuat ikatan emosional dan menanamkan nilai-nilai positif dalam keluarga,” jelasnya.

Sebagai Bunda Literasi, ia berharap kegiatan seperti ini bisa menginspirasi lebih banyak keluarga, terutama para ibu, untuk menciptakan budaya literasi di rumah. “Dengan membiasakan anak membaca sejak kecil, kita sedang mempersiapkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan tangguh menghadapi masa depan,” tambahnya.

Festival Jendela Dunia Literasi tidak hanya menyuguhkan sesi membaca, tetapi juga beragam kegiatan menarik lainnya, seperti lomba cerdas cermat dan ranking satu untuk mengasah pengetahuan anak, edukasi pemadam kebakaran untuk meningkatkan kesadaran keselamatan, juga ada pelatihan urban farming sebagai bentuk pembelajaran praktis, dan pertunjukan seni dari seniman lokal yang memeriahkan acara

Kegiatan ini dirancang ramah anak dan keluarga, sehingga literasi tidak lagi dianggap sebagai aktivitas yang kaku, melainkan sebagai bagian dari gaya hidup yang menyenangkan.

Melalui festival ini, Dinas Perpustakaan Kota Makassar berkomitmen untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa literasi bukan sekadar tuntutan akademis, tapi juga kebutuhan dasar di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Dengan pendekatan yang inklusif dan kreatif, diharapkan masyarakat Makassar semakin akrab dengan buku dan ilmu pengetahuan, meski di era serba digital.***