Bineka.co.id, Bandung – Isu potensi gempa besar akibat Megathrust masih menjadi perhatian hingga hari ini, terutama di kawasan-kawasan yang berada dalam jalur sesar, termasuk sejumlah wilayah di Indonesia.
Budayawan Tionghoa, Jeremy Huang Wijaya, menyampaikan bahwa potensi bencana Megathrust memang ada dan diakui secara ilmiah. Namun, ia memilih untuk menggugah kesadaran publik dari sudut pandang literasi budaya.
Sebagai pendekatan, Jeremy menyinggung kisah yang pernah ditulis filsuf Yunani kuno, Plato, tentang bahaya gempa bumi dan tsunami dahsyat. Ia menyebut karya Plato tentang Atlantis menjadi contoh bagaimana bencana bisa mengakhiri sebuah peradaban besar.
Literasi Budaya sebagai Pengingat
Menurut Jeremy, dalam dialog Timaeus dan Critias yang ditulis sekitar 360 SM, Plato menggambarkan Atlantis sebagai pulau yang megah, kaya, dan memiliki peradaban maju.
“Masyarakat Atlantis secara utopis digambarkan amat maju. Mereka disebut ‘memegang kebijaksanaan yang dapat membawa perdamaian dunia’,” ungkap Jeremy saat diwawancarai, Selasa (3/6/2025).
“Plato menuliskan Atlantis yang digambarkan sebagai pulau yang megah dan kaya dengan peradaban yang maju, namun kemudian tenggelam ke laut karena bencana alam,” lanjutnya.
Ia menilai bahwa melalui kisah itu, Plato seolah memberi peringatan akan bahaya Megathrust yang mampu memicu tsunami dan menenggelamkan wilayah dengan peradaban yang telah mapan.
“Mungkin tujuan Plato menuliskan hal itu adalah mengingatkan tentang bahaya Megathrust yang dapat mengakibatkan tsunami yang dapat menenggelamkan pulau yang peradaban budaya sudah maju. Menurut kisah Plato, Atlantis tenggelam akibat gempa bumi dan banjir yang dahsyat,” ujar Jeremy.
Atlantis dan Teori Lokasi di Asia Tenggara
Kisah Atlantis, lanjutnya, telah memunculkan berbagai teori mengenai lokasi sebenarnya. Sebagian bahkan mengaitkan keberadaan Atlantis dengan kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Beberapa teori mengidentifikasi Atlantis dengan pulau-pulau di Samudra Atlantik, benua di bawah laut, atau bahkan dengan wilayah di daratan, seperti Sundaland di Indonesia,” kata Jeremy.
Ia menambahkan, ada teori yang menyebut wilayah di bawah laut Indonesia, seperti Sundaland, berpotensi menjadi lokasi Atlantis karena diduga memiliki struktur bawah laut yang sesuai dengan deskripsi Plato.
Ramalan Joyoboyo dan Potensi Gempa Besar
Jeremy juga mengaitkan isu Megathrust dengan ramalan yang pernah disampaikan oleh Raja Kediri, Prabu Jayabaya atau Joyoboyo. Dalam ramalannya, Joyoboyo menyebut bahwa Pulau Jawa akan terbelah dua.
“Ramalan Joyoboyo yang menarasikan Pulau Jawa akan terbelah telah menimbulkan multitafsir dengan berbagai kemungkinan penyebab yang diinterpretasikan,” ujar Jeremy.
Ia mengatakan, interpretasi terhadap ramalan tersebut sangat beragam. Ada yang mengaitkannya dengan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, sementara yang lain menghubungkannya dengan dinamika sosial-politik seperti konflik antar wilayah atau perubahan pemerintahan.
Namun, menurut Jeremy, salah satu tafsir yang paling populer adalah kemungkinan bencana Megathrust sebagai penyebabnya.
“Hal ini karena gempa Megathrust merupakan gempa bumi besar yang berasal dari zona subduksi dan bisa menyebabkan tsunami yang sangat dahsyat,” katanya.
Tetap Siaga, Namun Jangan Panik
Meski mengangkat kisah-kisah dari literasi klasik dan budaya lokal, Jeremy tetap menekankan pentingnya bersikap rasional dalam menghadapi isu potensi bencana.
Ia mengajak masyarakat untuk tetap siaga, namun tetap tenang dan mengikuti arahan dari lembaga resmi seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Tinggalkan Balasan