Bineka.co.id, Makassar – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia pada semester I 2025 mencapai 7,05 juta orang. Capaian tersebut tumbuh 9,44 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Kendati demikian, rata-rata pengeluaran mereka justru turun menjadi Rp18,47 juta per kunjungan, setara US$1.119,71 dengan asumsi kurs Rp16.509 per dolar AS.

Nilai belanja tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal I 2025 yang mencapai US$1.277,17 atau Rp21,08 juta. Penurunan bahkan lebih tajam jika dibandingkan kuartal II 2024 yang berada di level US$1.443,72 atau sekitar Rp23,82 juta per kunjungan.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulawesi Selatan, Didi Leonardo Manaba, menilai rendahnya belanja wisman disebabkan lemahnya regulasi pariwisata di Indonesia. Menurutnya, jika seluruh turis asing diwajibkan menggunakan jasa biro perjalanan wisata (BPW) atau travel agent saat masuk ke Indonesia, paket perjalanan yang disusun akan mencakup kunjungan ke pusat-pusat belanja, termasuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Irit belanja karena kurangnya aturan dan regulasi untuk memperkuat peran industri BPW atau travel agent. Kalau semua wisatawan asing diwajibkan menggunakan jasa travel agent masuk ke Indonesia, maka pola perjalanan yang kami atur pasti diarahkan ke tempat perbelanjaan UMKM dan lainnya,” ujar Didi, belum lama ini.

Ia menambahkan, meski jumlah kunjungan wisman meningkat, kenaikan tersebut belum memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian dalam negeri. “Kita syukuri jumlahnya naik, tetapi yang kita harapkan adalah peningkatan berkualitas (quality tourism) yang memberi manfaat besar bagi ekonomi masyarakat dan pelaku industri pariwisata,” katanya.

Didi juga menilai pemerintah belum memanfaatkan momentum kunjungan turis asing secara optimal, sehingga wajar jika BPS mencatat adanya penurunan belanja mereka. “Yang berkualitas itu kalau perjalanan mereka teratur, termasuk pengeluaran untuk belanja. Nah, ini yang diatur oleh travel agent, yaitu membawa mereka ke tempat belanja sebagai kunjungan wajib. Contoh, di China kita dibawa ke toko obat, di Thailand dibawa ke toko madu, dan lain-lain,” jelasnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menuturkan bahwa secara kumulatif sepanjang Januari hingga Juni 2025, jumlah kunjungan wisman mencapai 7,05 juta atau naik 9,44 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Secara bulanan, khusus pada Juni 2025, jumlah kunjungan wisman tercatat 1,41 juta, naik 8,42 persen dibanding Mei 2025 dan melonjak 18,20 persen dibandingkan Juni 2024. Wisman terbanyak berasal dari Malaysia dengan 236,4 ribu kunjungan (16,7%), disusul Singapura 183,7 ribu (13%), Australia 154,2 ribu (10,9%), dan Tiongkok 113,5 ribu (8%).

Pudji menjelaskan, pada kuartal II 2025, rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan hanya mencapai US$1.119,71 atau Rp18,47 juta. Nilai ini menurun dibandingkan kuartal I 2025 sebesar US$1.277,17 (Rp21,08 juta), dan jauh di bawah kuartal II 2024 yang menyentuh US$1.443,72 (Rp23,82 juta).

Sementara itu, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada Juni 2025 tercatat 49,98 persen, naik 1,70 persen dibanding bulan sebelumnya, namun turun 4,71 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Bali mencatat TPK tertinggi yakni 64,66 persen, didorong oleh banyaknya penyelenggaraan event olahraga dan seni di provinsi tersebut.