Bineka.co.id, Makassar – Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Selatan menegaskan komitmennya untuk mengawal suara dan gagasan yang lahir dari Kongres Pemuda Sulsel 2025. Forum yang digelar di Aula Siporio BBPMP Makassar pada Kamis, 27 November, menghasilkan tiga isu krusial yang akan dibawa ke Wikithon 2026 dan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi sebagai masukan untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Ketiga isu tersebut mencakup transformasi dan literasi digital serta persoalan lingkungan.

““Kami tentunya berusaha dengan adanya rekomendasi yang nanti dikirimkan ke kami, akan kami upayakan tindak lanjuti ke pimpinan karena ini tahun pertama sosialisasi dengan melibatkan Dispora,” ujar Bidang Kepemudaan Dispora Sulsel, Sitti Harlina selepas acara.

Dispora juga menilai penyelenggaraan Kongres selaras dengan amanat peraturan presiden mengenai koordinasi lintas sektor.

“Kami mengapresiasi karena ini memang wujud dari peraturan pepres 43 yang mana pepres ini adalah bagaimana kordinasi lintas sektor. Jadi pemberdayaan kepemudaan itu bukan hanya di Dispora saja tapi semua OPD yang terkait,” tambahnya.

Dukungan bagi forum kepemudaan ini juga datang dari legislatif. Anggota DPRD Sulsel, Yeni Rahman, menekankan pentingnya keterlibatan Pemerintah Provinsi dalam kegiatan yang mendorong partisipasi generasi muda. Ia menilai rekomendasi dari Kongres Pemuda memiliki nilai strategis bagi pembangunan daerah.

“Acara ini ‘mahal’ karena inspiratif, ide – ide original lahir dari pikiran anak – anak muda kita. Ini bukan sekedar kegiatan seremonial yang selesai begitu saja, ini mahal karena ide ide anak anak itu dituangkan dalam swbuah rekomendasi,” katanya.

Yeni berharap sinergi antara komunitas dan pemerintah menjadi lebih terstruktur, termasuk sinkronisasi hasil Kongres dengan RPJMD.

“Jadi kita berharap kedepan kolabaroasi yang rapi dari komunitas dengan pemerintah provinsi… sebelum mengeluarkan isu ini memang kita singkronisasikan dengan RPJMD yang sudah di buat oleh pemerintah, tapi nda papa ini kan besok sudah ketuk palu, yang mereka hasilkan hari ini mudah mudahan tetap bisa dilaksanakan,” harap Yeni.

Ia juga menegaskan bahwa peran pemuda sangat vital dalam agenda Indonesia Emas.

“Indonesia siapa amunisinya? Kan anak muda jadi pemerintah provinsi tidak boleh menutup mata untuk itu dan anggarannya juga harus dipastikan bahwa itulah bentuk kepedulian,” jelasnya.

Terkait isu transformasi dan literasi digital, Yeni melihat tantangan ke depan semakin kompleks dan membutuhkan kesiapan pengetahuan generasi muda.

“Kita tidak bisa menutup mata ibaratnya kondisi ini kita tidak mungkin di buru tapi kita harus lari… tantangan terbesar adalah tranaformasi digital dan memang yang menjadi tantangan kita adalah literasi, ini masih sangat minim kita ketinggalan jauh dari Jogja padahal kita ini jauh lebih besar daripada Jogja,” tuturnya.

“Kita berharap literasi juga menjadi salah satu isu yang diperhatikan oleh pemerintah. Kenapa? kita butuh literasi supaya anak anak kita punya wawasan luas,” sambungnya.

Untuk isu lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, Yeni menilai kolaborasi pemuda dan pemerintah harus diperkuat.

“Pengolahan sampah yang menjadi momok kita adalah sampah organik dan sebenarnya kedepan ini bisa jadi pemberdayaan ekonomi,” imbuhnya.