Makassar, Bineka.co.id (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjamin tahun ini tidak akan melakukan impor beras. Hal itu lantaran hingga akhir tahun 2025 terdapat cadangan sebesar 3,1 juta ton dan menjadi nilai tertinggi sejak Indonesia merdeka.
“Hari ini, kita mendapatkan kabar gembira. Baru saja diumumkan oleh BPS (Badan Lusat Statistik, Red) bahwasannya produksi diprediksi produksi kita tahun ini adalah 34,77 juta ton beras,” ujarnya, dilansir dari laman RRI, Rabu (5/11/25).
Menurut dia, jumlah ini naik dari tahun lalu, sekitar 4,15 juta ton atau 13,59 persen. “Surplus beras ini berkat kerja keras kita semua, termasuk teman media, saya ucapkan terima kasih,” jelasnya.
Menurutnya, kritikan dan masukan dari media memberikan dampak konstruktif bagi pertanian Indonesia. Ia pun menyampaikan rasa bahagia mendapat masukan dan kritikan tersebut.
“Kami bahagia kalau anda memberikan masukan kritikan. Karena itu, memperkuat sektor pertanian, ini adalah keberhasilan semua sebagai anak bangsa,” jelas Mentan.
Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, mengatakan, bila BPS sudah mengumumkan hal itu, maka 95 persen tingkat kepastiannya. “Tahun ini, kita hampir pasti tidak ada impor dan saya yakin satu bulan ke depan bisa tidak ada impor,” ujarnya.
Selanjutnya, ia mengungkapkan selain itu, stok beras pada hari ini mencapai 3,8 juta ton. Di mana kemungkinan hingga akhir tahun 2025, stok beras terdapat 3,1 juta ton.
Adapun peningkatan produksi beras adalah 4,15 juta. Hal ini dibarengi kenaikan harga Rp1.000 dari Rp5.000 menjadi Rp6.500 pendapatan petani.
“NTP-nya naik 124 persen, dan nilai rupiahnya adalah kami hitung tadi Rp122 triliun. Itu baru padi belum jagung, belum yang lainnya,” jelasnya.
Diketahui, BPS mencatat pada Oktober 2025, secara umum terjadi inflasi 0,28 persen. Namun kondisi sebaliknya justru terjadi pada komoditas beras yang mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (month-to-month).
Kondisi itu berbeda dari tren dua tahun sebelumnya, yakni beras mengalami inflasi pada Oktober 2022 dan 2023. Sementara itu, deflasi pada Oktober 2025 tercatat lebih dalam dibandingkan September 2025.
Ini menunjukkan penurunan harga yang semakin signifikan di berbagai daerah. Secara nasional, sebanyak 23 provinsi mengalami deflasi beras.
Dalam hal ini tiga provinsi mencatat harga yang relatif stabil. Sementara, 12 provinsi lainnya mengalami inflasi beras.
“Terjadi deflasi beras pada Oktober 2025 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Rata-rata harga beras di penggilingan pada Oktober 2025 secara total turun 0,54 persen dari bulan sebelumnya,” ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.
Jika dipilah menurut kualitas beras di penggilingan, beras premium turun 0,71 persen dari bulan sebelumnya. Sementara beras medium turun 0,46 persen dari bulan sebelumnya.
Bukan hanya di tingkat penggilingan, di tingkat grosir dan eceran pun komoditas itu pada Oktober 2025 mengalami deflasi dibandingkan bulan sebelumnya.
“Beras di tingkat grosir deflasi sebesar 0,18 persen dan di tingkat eceran 0,27 persen secara month-to-month,” jelasnya

Tinggalkan Balasan