Bineka.co.id, Jakarta – Pembalap BMW Motorrad, Toprak Razgatlioglu, tengah mempersiapkan diri untuk tantangan baru di dunia MotoGP. Juara dunia dua kali World Superbike (WSBK) itu akan meninggalkan ajang yang telah membesarkan namanya di akhir musim 2025, dengan harapan menutup perjalanannya di sana dengan tiga gelar juara dunia.

Kesempatan untuk memastikan gelar di seri Estoril belum terwujud setelah Nicolo Bulega memenangi Race 2, memangkas jarak poin menjadi 39. Kini, pembalap bernomor #1 itu harus berjuang keras di putaran penutup, Jerez.

Sejak resmi diumumkan sebagai pembalap tim satelit Yamaha, Pramac Racing, untuk musim 2026 dan 2027, sorotan pun tertuju padanya. Tes pascamusim di Valencia akan menjadi panggung pertama untuk melihat bagaimana ia beradaptasi dengan motor MotoGP—tantangan besar bagi sang juara dari dunia superbike.

“Tahun 2026 akan menjadi tahun yang sulit bagi saya,” ujar Toprak kepada Speedweek. “Saya selalu memenangi balapan, atau finis di podium. Di MotoGP akan berbeda. Mungkin tahun depan saya hanya akan finis 10 besar, atau finis ke-12 atau ke-14. Itu tidak akan mudah. Saya siap menjadikan tahun pertama saya sebagai tahun pembelajaran.”

Ia menegaskan pentingnya menjaga fokus dan mentalitas kerja keras. “Bahkan jika saya hanya berada di posisi 13 atau 14, saya harus berkonsentrasi pada pekerjaan saya. Berpikir seperti ini akan sangat membantu saya. Saya tidak mengharapkan apa-apa dari tahun pertama dan saya akan mencoba beradaptasi dengan motor dan menikmatinya.”

Meski begitu, pembalap asal Antalya ini tetap optimistis. Ia mencontohkan pengalamannya saat bergabung dengan BMW, di mana ia tak menyangka bisa langsung tampil dominan sejak musim perdana.

“Saat saya menandatangani kontrak dengan BMW, saya menganggap tahun pertama saya sebagai musim latihan, dan saya ingin meraih kesuksesan di tahun kedua, tetapi di tahun pertama kami langsung sukses. Mungkin di MotoGP akan bekerja dengan cara yang sama. Mungkin ini akan dimulai sebagai musim latihan dan kami akan mendapatkan posisi yang bagus setelah lima atau enam balapan,” tuturnya.

Selain menatap MotoGP, Toprak juga menyinggung perbedaan level kompetisi antara WSBK dan MotoGP. “Bagi saya ini sangat sederhana, semua pembalap MotoGP yang masuk ke paddock (Superbike) ini akan mengalami masa-masa yang sangat sulit, kecuali jika mereka mengendarai Ducati,” ucapnya.

Ia juga mengakui bahwa tantangan tidak hanya terletak pada lintasan, tetapi juga lingkungan MotoGP yang jauh lebih besar dan kompleks. “Saya mengenal semua orang di sini, sedangkan MotoGP adalah lingkungan yang jauh lebih besar dan berbeda. Saya harus membiasakan diri dengan hal itu,” katanya.

Satu hal yang masih jadi tanda tanya adalah nomor balap yang akan ia gunakan. Toprak ingin tetap memakai nomor kebanggaannya, #54, namun nomor tersebut sudah menjadi milik Fermin Aldeguer.

“Sayangnya, tidak mungkin bagi saya untuk menggunakan nomor #54. Fermin telah membalap dengan nomor itu sejak Moto2, ia bahkan menato nomor itu di lengannya. Terkadang uang bisa membuat perbedaan, tapi dalam kasus ini tidak bisa. Saya punya nomor favorit lain. Bukan nomor 1. Saya suka nomor 54, tapi saya punya nomor lain yang saya gunakan di balapan pertama dalam kehidupan balap saya. Saya mungkin akan mengenakannya, jika Anda melihat foto-foto lama, Anda akan melihatnya,” ungkapnya.

Dengan semangat realistis namun penuh ambisi, Toprak siap menapaki babak baru dalam kariernya—membawa agresivitas khas superbike ke panggung MotoGP yang lebih megah.