Bineka.co.id, Karawang – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengusulkan agar bahan bakar minyak (BBM) dengan angka oktan rendah, seperti Pertalite, hanya dijual di wilayah pelosok. Sementara itu, kota-kota besar dengan tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi sebaiknya sudah beralih sepenuhnya ke bahan bakar ramah lingkungan atau energi terbarukan.
Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, menilai kebijakan distribusi BBM seharusnya mempertimbangkan karakter wilayah. Menurutnya, kawasan perkotaan dengan daya beli tinggi semestinya tidak lagi menggunakan bahan bakar bersubsidi.
“Daerah-daerah seperti Pondok Indah atau Menteng mestinya sudah beralih ke etanol atau hidrogen. Sementara Pertalite cukup ditempatkan di wilayah pelosok seperti Ujungberung,” kata Bob Azam di Karawang, Jawa Barat.
Bob menambahkan, pembagian wilayah ini perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. “Jangan sampai daerah yang sudah maju masih menggunakan bensin bersubsidi. Wilayah dengan pendapatan tinggi, yang PBB-nya jutaan rupiah, seharusnya sudah punya stasiun hidrogen atau etanol seperti E20 dan E85. Kendaraan akan menyesuaikan,” ujarnya.
Menanggapi rencana pemerintah menerapkan bahan bakar etanol 10 persen (E10) mulai tahun depan, Bob menegaskan bahwa kendaraan harus menyesuaikan dengan perkembangan bahan bakar, bukan sebaliknya. “Teknologinya jangan disesuaikan untuk mobil tua di jalan. Kalau begitu, kita akan tertinggal. Indonesia harus berevolusi menghadirkan kendaraan yang adaptif terhadap bahan bakar masa depan,” tegasnya.
Ia mencontohkan negara lain yang sudah lebih maju dalam pemanfaatan bahan bakar etanol. “Thailand sudah bergerak dari E10 ke E20. Di Amerika Serikat, beberapa negara bagian sudah menerapkan E85, bahkan di Brasil sudah mencapai E100,” jelas Bob.
Tinggalkan Balasan