Bineka.co.id, Jakarta – Pemerintah menetapkan peningkatan anggaran untuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2026. Dalam Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, anggaran BMKG ditetapkan sebesar Rp2,7 triliun, atau naik 8 persen dari outlook 2025 senilai Rp2,5 triliun.
Rincian alokasi tersebut meliputi Rp1,36 triliun untuk program meteorologi, klimatologi, dan geofisika, serta Rp1,30 triliun bagi program dukungan manajemen.
Kendati meningkat dibanding tahun sebelumnya, pagu anggaran 2026 masih lebih rendah dibanding realisasi beberapa tahun terakhir. Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), BMKG mencatat anggaran Rp3,05 triliun pada 2023 dan Rp3,11 triliun pada 2024.
Beban Negara Akibat Bencana
Dalam Nota Keuangan dijelaskan bahwa Indonesia menghadapi intensitas bencana alam yang tinggi, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, tetapi juga menambah beban pembiayaan negara.
Selama 15 tahun terakhir, rata-rata kerugian akibat bencana mencapai Rp22,85 triliun per tahun. Beberapa bencana besar yang tercatat menimbulkan kerugian finansial signifikan antara lain:
- Tsunami Aceh 2004: Rp51,4 triliun
- Gempa Yogyakarta 2006: Rp29,15 triliun
- Gempa Padang 2009: Rp28,5 triliun
- Gempa & tsunami Sulawesi Tengah 2018: Rp23,1 triliun
- Gempa Nusa Tenggara Barat 2018: Rp18,2 triliun
- Kebakaran hutan dan lahan 2015: Rp16,1 triliun
- Banjir Jakarta 2007: Rp5,1 triliun
- Erupsi Merapi 2010: Rp3,6 triliun
Dana Cadangan Penanggulangan Bencana
Untuk memperkuat mitigasi, pemerintah juga menyiapkan alokasi dana cadangan penanggulangan bencana melalui APBN. Dalam periode 2014–2024, rata-rata dana cadangan yang direalisasikan mencapai Rp4,29 triliun per tahun.
Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan, mengurangi risiko, dan meminimalkan beban ekonomi yang ditimbulkan akibat bencana di masa mendatang.
Tinggalkan Balasan