Bineka.co.id, Cibubur – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan jumlah tabungan pelajar di Indonesia telah mencapai 59 juta rekening dengan total simpanan sekitar Rp32 triliun. Angka ini mencerminkan tingginya semangat generasi muda untuk menabung.

“Jadi, 59 juta anak-anak Indonesia sudah memiliki tabungan dan tentu termasuk adik-adik di sini. Dan kalau lihat tadi, jumlahnya Rp32 triliun. Saya rasa semua ada isinya, walaupun tentu nilainya tidak sama,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, di hadapan para pelajar berseragam pramuka saat acara Like It: Generasi Muda Mandiri Finansial Menuju Generasi Emas di Buperta Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (14/8/2025).

Mahendra menjelaskan, tabungan pelajar tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dana simpanan yang dikelola perbankan dapat digunakan untuk pembiayaan atau kredit, menciptakan lapangan kerja, serta mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah.

“Dan juga untuk menciptakan lapangan kerja, juga untuk memberikan pinjaman bagi pertumbuhan, dan peningkatan hasil usaha menengah, kecil, dan mikro, dan masih banyak lagi,” tambahnya.

Ia berharap jumlah rekening dan nominal tabungan pelajar terus meningkat sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian.

“Jadi, apa yang adik-adik sumbangkan (kepada negara) dalam bentuk tabungan itu pun. Kemudian, pada gilirannya memberikan nilai tambah dan sumbangsih yang besar kepada negara ini,” ucap Mahendra.

Meski indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 66,46 persen, Mahendra menilai capaian tersebut sudah berada di atas rata-rata negara berkembang dan mendekati negara maju.

“Kalau dibandingkan bukan saja dengan negara-negara berkembang, bahkan dengan negara-negara OECD… angka 66 persen itu adalah angka yang berada dalam kuartal menengah ke atas. Jadi salah satu yang maju sebenarnya,” jelasnya.

OJK bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Keuangan berkomitmen meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Program tersebut mencakup edukasi tentang manfaat produk keuangan, termasuk simpanan pelajar, serta pemahaman risiko dari transaksi ilegal.

“Jadi, bukan hanya dalam angka literasi semata-mata, tapi juga lebih kepada kualitas dari literasi itu yang kita akan tingkatkan terus… termasuk juga dengan platform digital yang sekarang sudah dilakukan,” pungkas Mahendra.