Bineka.co.id, Jakarta – Pasar otomotif Indonesia menutup paruh pertama 2025 dengan tren penurunan. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil secara wholesales tercatat 374.740 unit atau turun 8,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penjualan ritel pun melemah 9,7 persen menjadi 390.467 unit.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan berdampak pada kinerja pembiayaan perusahaan multifinance. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang prospek industri masih positif. Meski penjualan kendaraan bermotor melambat, piutang pembiayaan multifinance diproyeksikan tetap tumbuh hingga akhir 2025.

Optimisme ini ditopang oleh penguatan diversifikasi portofolio, mulai dari pembiayaan multiguna, pembiayaan produktif sektor UMKM, hingga skema pembiayaan berbasis ekosistem digital.

“Potensi pertumbuhan piutang tetap terbuka seiring dengan penyesuaian strategi bisnis dengan kebutuhan pasar,” kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK di Jakarta, Jumat (8/8/2025).

OJK menilai, perusahaan pembiayaan memiliki peluang memperluas pasar di luar kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan melalui digitalisasi proses pembiayaan, kolaborasi dengan ekosistem e-commerce dan ride-hailing, serta pembiayaan kendaraan listrik yang sejalan dengan kebijakan transisi energi nasional.

Potensi ekspansi juga terbuka pada sektor produktif di daerah, khususnya UMKM. Peluang ini dinilai menjanjikan mengingat proyeksi pembiayaan sektor UMKM di Indonesia mencapai Rp4.300 triliun.

Meski begitu, industri multifinance tetap dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti risiko kredit akibat kemampuan bayar debitur, persaingan yang ketat antar pelaku, dan kebutuhan efisiensi operasional di tengah tingginya biaya dana.

“Industri multifinance terus didorong untuk memperkuat manajemen risiko dan mengakselerasi transformasi digital secara terencana guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkualitas,” ungkapnya.