Bineka.co.id, Jakarta – Pendiri sekaligus CEO Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano, menyuarakan urgensi penanganan sampah nasional yang kian mendesak. Ia menyoroti bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 170 ribu ton sampah setiap hari, jumlah yang setara dengan menumpuk 12 Candi Borobudur dalam 24 jam.
“Sampah di Indonesia setara dengan 12 Candi Borobudur per hari, kalau dalam setahun kita menghasilkan sampah setara 4.380 Candi Borobudur,” ungkap pria yang akrab disapa Sano saat menjadi pembicara dalam Talkshow Energi dan Lingkungan pada Young On Top National Conference (YOTNC) 2025, Sabtu (19/7) di Jakarta.
Menurutnya, salah satu permasalahan mendasar terletak pada praktik pembuangan sampah yang sekadar dipindahkan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tanpa solusi jangka panjang. Proses ini justru menghasilkan emisi gas metana, salah satu penyumbang utama efek rumah kaca.
“Padahal potensi energinya sangat besar. TPA harus sanitary landfill, ditutup agar gas metana tidak bisa keluar lalu dipanen gas ini untuk energi,” tegas Sano.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini sedang menyelesaikan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Regulasi tersebut ditargetkan rampung pada kuartal ketiga atau keempat tahun ini. Sano, yang terlibat langsung dalam proses kebijakan penanganan sampah nasional, menekankan bahwa Indonesia membutuhkan arah kebijakan yang presisi untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi berbasis fosil.
Senada dengan Sano, selebritas dan pendiri komunitas lingkungan Sea Soldiers, Nadine Chandrawinata, juga menyampaikan pentingnya aksi konkret dalam pengelolaan sampah. Ia menekankan bahwa perubahan dapat dimulai dari kebiasaan sehari-hari.
“Persampahan harus dikelola dengan baik, dimulai dari diri sendiri,” ujar Nadine dalam forum yang sama.
Ia mendorong generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan, antara lain melalui pemilahan sampah di rumah, membawa perlengkapan pribadi seperti tumbler dan tas belanja, serta aktif menyuarakan isu lingkungan di media sosial.
“Sea Soldiers juga turun ke lapangan menanam mangrove,” tambahnya.
Nadine mengajak generasi muda untuk memiliki semangat belajar yang tinggi, terbuka terhadap ilmu dari berbagai komunitas, dan berani bermimpi besar. “Usahakan semuanya terkonsep dengan baik. Saya pun belajar dari NGO dan komunitas yang lain sebelum membuat NGO (Sea Soldiers) ini,” tuturnya.
Kehadiran dua sosok ini dalam forum YOTNC menjadi pengingat bahwa tanggung jawab terhadap lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga ruang kolaborasi antara masyarakat, komunitas, dan sektor swasta.
Tinggalkan Balasan