Bineka.co.id, Makassar – Nama Christian Edward Johnstone Horner tak bisa dipisahkan dari sejarah modern Formula 1. Pria kelahiran Leamington Spa, Inggris, 16 November 1973 ini resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala tim Red Bull Racing pada Rabu, 9 Juli 2025—mengakhiri kiprah dua dekade yang penuh warna di lintasan balap dunia.

“Red Bull telah memberhentikan Christian Horner dari tugas operasionalnya efektif mulai hari ini [Rabu 9 Juli 2025] dan telah menunjuk Laurent Mekies sebagai CEO Red Bull Racing,” tulis pernyataan resmi tim, dikutip dari Reuters. Sementara posisi team principal kini ditempati oleh Alan Permane, mantan direktur balap tim tersebut.

Dari Kursi Pembalap ke Balik Pit Wall

Perjalanan Horner dalam dunia balap dimulai pada 1991 saat ia meraih beasiswa Formula Renault. Setahun kemudian, ia mengikuti British Formula Renault Championship bersama tim Manor Racing, dan berhasil menutup musim sebagai rookie terbaik sekaligus pemenang balapan.

Horner melanjutkan karier ke ajang Formula Three dan British Formula Two, sebelum berlabuh di Formula 3000 pada 1997. Tak lama, ia mengambil keputusan besar: membangun tim balap sendiri bernama Arden Motorsport. Keputusan ini menandai transisinya dari pembalap menjadi manajer tim.

Meski awalnya sulit, perlahan Horner membawa Arden ke puncak. Tim ini memenangkan gelar konstruktor Formula 3000 selama tiga tahun berturut-turut (2002–2004), dan melahirkan nama-nama besar seperti Vitantonio Liuzzi dan Robert Doornbos.

Menjadi Arsitek Kejayaan Red Bull Racing

Pada 2005, Red Bull Racing yang baru saja terbentuk merekrut Horner sebagai kepala tim. Saat itu, ia menjadi team principal termuda di grid Formula 1. Hanya dalam beberapa musim, Horner mengubah tim baru tersebut menjadi raksasa F1.

Red Bull mencetak sejarah dengan meraih empat gelar dunia pembalap dan konstruktor secara beruntun antara 2010 hingga 2013 bersama Sebastian Vettel dan Mark Webber. Pencapaian itu menempatkan Horner sebagai arsitek kejayaan tim asal Austria tersebut.

Salah satu momen ikonik Horner adalah perayaan podium pertama Red Bull di GP Monaco 2006, saat ia melompat ke kolam dengan hanya mengenakan mantel Superman.

Setelah era Vettel, Horner memimpin tim meraih kembali dominasinya bersama Max Verstappen yang berhasil menjuarai dunia berturut-turut sejak 2021. Total, Red Bull Racing mencatatkan delapan gelar juara dunia pembalap dan enam gelar konstruktor selama kepemimpinan Horner.

Kehidupan Pribadi dan Loyalitas Keluarga

Christian Horner menempuh pendidikan di Arnold Lodge School dan Warwick School. Ia memiliki dua saudara, Jamie dan Guy, serta ayah bernama Gary Horner yang turut berperan membesarkan Arden Motorsport.

Ia dikenal dekat dengan komunitas penggemar yang menamakan diri mereka “The Hornetess”. Pendekatan personal dan gaya kepemimpinan Horner selama dua dekade menjadikan dirinya figur sentral dalam lintasan F1, bukan hanya karena strategi teknis, tetapi juga karena kemampuannya menjaga stabilitas tim.

Akhir Era dan Awal Baru

Pada 9 Juli 2025, Red Bull resmi mengakhiri kerja sama dengan Horner. Oliver Mintzlaff, CEO Proyek Korporat dan Investasi Red Bull, menyampaikan apresiasi atas kontribusi luar biasa Horner.

“Oliver Mintzlaff, CEO Proyek Korporat dan Investasi berterima kasih kepada Christian Horner atas karyanya yang luar biasa selama 20 tahun terakhir,” demikian pernyataan Red Bull Racing.

Pemecatan Horner menandai babak baru dalam perjalanan Red Bull Racing. Namun bagi dunia Formula 1, jejak Christian Horner akan terus menjadi bagian dari narasi besar olahraga ini—seorang pembalap yang memilih mundur dari kokpit, demi membangun salah satu dinasti paling sukses dalam sejarah F1.