Bineka.co.id, Makassar – Tim peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Maros menggelar diskusi bertajuk “Navigasi Keberlanjutan dan Tantangan Environmental, Social, and Governance (ESG) di Kawasan Rammang-Rammang: Keseimbangan Partisipasi Masyarakat Lokal dan Konservasi Karst.”

Kegiatan ini diprakarsai oleh Environmental Policy and Governance Research Group, salah satu Thematic Research Group (TRG) di lingkungan Unhas. Diskusi berlangsung di Aula Kantor Bupati Maros pada Rabu (14/5), mulai pukul 14.00 Wita, dengan dihadiri berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan pengelola kawasan karst Rammang-Rammang.

Bupati Maros, H.A.S. Chaidir Syam, S.IP., M.H., yang membuka kegiatan, menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi antara kalangan akademik dan pemerintah daerah. Ia menegaskan bahwa pelibatan akademisi sangat penting dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Rammang-Rammang merupakan salah satu destinasi unggulan dengan kekayaan geologi dan keanekaragaman hayati. Melalui diskusi bersama masyarakat, kami mengharapkan ada inovasi yang bisa kita gagas untuk menjaga dan melestarikan kawasan karst Rammang-Rammang,” ujar Chaidir Syam.

Ketua tim peneliti, Dr. Sawedi Muhammad, M.Sc., menjelaskan bahwa kawasan karst Rammang-Rammang menyimpan nilai arkeologis, kultural, dan biodiversitas yang tinggi. Namun, perkembangan pariwisata dan pembangunan di kawasan ini juga menghadirkan tantangan tersendiri terhadap kelestariannya.

“FGD ini sebagai wadah untuk menggali pandangan strategis dari berbagai pemangku kepentingan, guna memperkuat tata kelola kawasan berbasis partisipasi dan keberlanjutan. Pendekatan ESG dapat menjadi kerangka kerja strategis untuk menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan,” papar Sawedi.

Ia menambahkan bahwa penerapan prinsip ESG dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan karst menuntut kolaborasi lintas sektor serta pendekatan yang adaptif terhadap kondisi lokal.

Diskusi yang berlangsung hingga pukul 17.00 Wita ini diwarnai dengan beragam masukan dari peserta, khususnya masyarakat dan pengelola kawasan Rammang-Rammang. Mereka menyampaikan sejumlah pandangan terkait upaya pelestarian, partisipasi masyarakat, serta tantangan dalam menjaga keberlanjutan kawasan yang menjadi ikon pariwisata Sulawesi Selatan tersebut.