Makassar, Bineka.co.id – Suasana hangat persaudaraan menyelimuti GPIB Bukit Zaitun, Makassar, Jumat malam 25 April 2025, ketika lebih dari seribu pemuda-pemudi Kristen dari berbagai denominasi gereja se-Sulawesi Selatan berkumpul dalam Ibadah Akbar bertajuk “Peace Maker” (Pembawa Damai).
Acara yang digagas Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia Timur (PMKIT) Sulsel ini bukan sekadar pertemuan rohani, melainkan sebuah deklarasi generasi muda untuk menjadi pelopor perdamaian di tengah keberagaman.
Kehadiran Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, menambah semangat dalam acara tersebut. Dengan penuh kekaguman, ia menyatakan, “Seperti ada suntikan semangat baru saat berada di tengah-tengah kalian.” Fatmawati melihat momen ini sebagai bukti nyata bahwa pemuda Sulsel tidak hanya aktif secara spiritual, tetapi juga peduli terhadap nilai-nilai persatuan.
Dalam pidatonya, Fatmawati menekankan bahwa tema “Peace Maker” sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang kaya akan perbedaan. “Negeri kita kaya dengan keberagaman suku, budaya, ras, dan agama. Maka menjadi pembawa damai bukan hanya sebuah pilihan, tetapi panggilan yang mulia,” tegasnya.
Ia juga menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Sulsel membuka ruang dialog seluas-luasnya bagi pemuda untuk bersama-sama memperkuat toleransi dan cinta kasih. “Tongkat estafet pembangunan menuju Indonesia Emas 2045 ada di tangan kalian,” tambahnya, mengingatkan peran strategis generasi muda dalam membangun masa depan bangsa.
Ketua PMKIT Sulsel, Dr. Ariella Hana Sinjaya, mengungkapkan kebanggaannya atas antusiasme peserta yang datang dari lebih dari 40 denominasi gereja. Tak hanya itu, ia juga menyampaikan apresiasi kepada remaja masjid yang turut membantu kesuksesan acara. “Terima kasih juga kepada remaja masjid yang telah membantu menyukseskan acara ini. Mari kita menjadi pembawa damai yang menyatukan, bukan memecah,” ujar Hana.
Dengan semangat yang membara, Hana mendorong para pemuda untuk tidak menjadi “generasi stroberi” yang mudah rapuh, melainkan “generasi emas” yang tangguh dan cemerlang. “Kalian bukan generasi cemas, tetapi generasi emas. Masa depan Indonesia dan gereja ada di tangan kalian,” tegasnya.
Ibadah akbar ini semakin istimewa dengan kehadiran pembicara internasional, Dr. Akintayo Emmanuel dari God’s Remnant Assembly, Amerika Serikat. Dalam pesannya yang menggelora, ia mendorong pemuda untuk menjadi agen perubahan. “Be a generation of answer, not confusion (Jadilah generasi yang memberikan jawaban, bukan kebingungan),” serunya, disambut tepuk tangan meriah.
Dr. Emmanuel menegaskan bahwa perdamaian harus dimulai dari kesadaran untuk bersatu dan menghargai perbedaan. “Pemuda perlu diberdayakan secara spiritual, intelektual, dan sosial agar siap menghadapi tantangan global,” tambahnya.
Acara yang berlangsung khidmat ini diisi dengan pujian, penyalaan lilin perdamaian, serta deklarasi komitmen pemuda lintas gereja untuk menjadi pelopor kerukunan. Malam yang penuh kebersamaan itu ditutup dengan doa bersama dan pelukan damai antar perwakilan denominasi, mengukuhkan tekad mereka untuk terus membawa pesan perdamaian di tengah masyarakat.
Melalui momen “Peace Maker” ini, pemuda Sulsel telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya penerus bangsa, tetapi juga pembawa harapan untuk Indonesia yang lebih rukun dan damai.***
Tinggalkan Balasan